A.
Sejarah
Shinto
adalah kata majemuk daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” adalah “roh” dan
“To” adalah “jalan”. Jadi “Shinto” mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik
roh-roh orang yang telah meninggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “To”
berdekatan dengan kata “Tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya Dewa” atau
“jalannya bumi dan langit”. Sedang kata “Shin” atau “Shen” identik dengan kata
“Yin” dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan
dari kata “Yang”. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan
besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiongkok[1].
Agama
Shinto didirikan mulai sekitar 2,500 - 3000 tahun yang lalu di Jepang. Agama
ini memiliki 13 sekte yang mana masing-masing dari 13 (tigabelas) sekte kuno
memiliki pendirinya. Dengan pengikut sekitar 30 Juta orang, dominan terbesar di
Jepang. Sebagian besar juga adalah penganut agama Buddha[2].
*
MASA DINASTI HEIAN (794-1160 M)
1.
Saicho (Dengyo Daishi) (767-822 M) Mendirikan sekte Tendai pada tahun 805 M.
Saicho mengajarkan bahwa dewa-dewa agama Buddha sebenarnya sama dengan
dewa-dewa agama Shinto. Para dewa tersebut sama-sama mengembangkan kedua agama
tadi.
2.
Kukai (Kobo Daishi) (774-835 M)
Mendirikan
sekte Shingon pada tahun 809 M. Kukai mengetengahkan suatu teori Inkarnasi baru
yang mengajarkan untuk menyelamatkan umat manusia Buddha selalu muncul dalam
aneka perwujudan di berbagai tempat yang berbeda-beda. Menurut teori ini,
dewa-dewa agama Shinto pada hakikatnya adalah penjelmaan dari para Buddha itu[3].
*
MASA DINASTI KAMAKURA (1185-1336 M)
Masa
ini disebut juga dengan masa kebangkitan Agama Buddha dan kemerosotan agama
Shinto. Agama Buddha, yang semula masih dianggap asing dirubah menjadi agama
asli jepang, karena gerakan-gerakan terpenting pembaharuan keagamaan yang
terpenting pada masa ini semuanya berasal dari agama Buddha.
*
MASA DINASTI ASHIKAGA (1336-1573 M)
Pada
masa ini muncul suatu aliran dalam agama Shinto yang mengajarkan kesatuan
antara Shinto, Buddhisme, dan Konfusianisme. Aliran ini disebut Yoshida Shinto,
yang didirikan oleh Yoshida Kanetomo (1435-1511 M).
*
MASA DINASTI TOKUGAWA / EDO (1603-1863 M)
Pada
masa ini lahir beberapa aliran baru dalam agama Shinto dengan tujuan revivalis
dan pembaharuan. Diantaranya adalah Aliran Mito
1.
Aliran Fukko Shinto
2.
Sekte Kurozumikyo
3.
Sekte Tenrikyo[4]
B.
Ajaran dan Praktek Keagamaan
*
K a m i
Istilah
“Kami” dalam agama Shinto dapat diartikan dengan “di atas” atau “unggul”,
sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka
kata “Kami” dapat dialih bahasakan (diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God dan
sebagainya). Jadi bagi bangsa Jepang kata “Kami” tersebut berarti suatu objek
pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang
ada dalam agama lain.
*
dewa-dewa yang dipuja antara lain: Naga (mahkluk berupa ular). Dosojin, Ebisu
(salah satu dewa keberuntungan Jepang).
Dewa Hachiman, Henge, Kappa, Kitsune (Roh Srigala). Oinari (Roh
Srigala). Shishi (Singa). Su-ling (Empat
Binatang Pelindung). Tanuki (Sejenis Dewa Inari (dewa makanan). Aragami (Roh
ganas dan jahat). Dewa-dewa Tanah dan Dewa-dewa Gunung dan Dewa-dewa Pohon.
Dewa-dewa Air dan Dewa-dewa Laut. Dewa-dewa Api. Dewa-dewa manusia.
*
Ajaran Tentang Manusia
Hubungan
kami dengan manusia terjalin suatu hubungan antara orangtua dan anak, atau
antara nenek moyang dengan keturunannya. Dengan demikian “manusia adalah putra
kami”. Ungkapan ini memiliki 2 macam arti :
1)
Kehidupan manusia berasal dari kami, sehingga dianggap suci.
2)
Kehidupan sehari-hari adalah pemberian dari kami.
*
Ajaran Tentang Dunia
Agama
Shinto adalah termasuk tipe agama “lahir satu kali”. Dalam arti, memandang
dunia ini sebagai satu-satunya tempat kehidupan bagi manusia. Meskipun
demikian, dalam pemikiran Shinto ada 3 macam dunia, yaitu :
1. Tamano-hara, yang
berarti “tanah langit yang tinggi”, yaitu dunia menjadi tempat tinggal para
dewa langit.
2. Yomino-kuni, yakni
tempat orang-orang yang sudah meningal dunia, yang dibayangkan sebagai dunia
yang gelap, kotor, jelek, dan menyengsarakan.
3. Tokoyono-kuni, yang
berarti “kehidupan yang abadi”, ”negeri yang jauh diseberang lautan”, atau
“kegelapan yang abadi”, yaitu sebuah dunia yang dianggap penuh kenikmatan dan
kedamaian.
* Ritual Keagamaan
Mengenai
tata cara sembahyang atau doa dalam kuil Shinto sangat sederhana yaitu
melemparakan sekeping uang logam sebagai sumbangan di depan altar, mencakupkan
kedua tangan di dada dan selesai. Jadi semua proses berdoa yang dilakukan
dengan berdiri ini tidak lebih dari sepuluh detik. Doa dilakukan tidak mengenal
hari atau jam khusus jadi bebas dilakukan kapan saja. Sedikit catatan, bisa
saya sebutkan bahwa tata cara doa di kuil Shinto dengan kuil Buddha sangatlah
mirip. Yang sedikit berbeda adalah di kuil Buddha tangan dicakupkan ke depan
dada dengan pelan, hening dan tanpa suara, sedangkan kuil Shinto adalah
sebaliknya yaitu mencakupkan tangan dengan keras sehingga menghasilkan suara
sebanyak dua kali (mirip tepuk tangan).
*
Shinko-shiki – festival arak-arakan dewa, yaitu untuk memuja dewa tertentu agar
memperoleh keselamatan dari berbagai macam penyakit.
Festival
dan Matsuri yang lain
1.
Festival Salju Sapporo (Sapporo, Prefektur Hokkaido, bulan Februari)
2.
Festival Salju Iwate (Koiwai Farm, Shizukuishi, Prefektur Iwate, bulan
Februari)
3.
Yosakoi Sōran Matsuri (Sapporo, Hokkaido, bulan Juni)
4.
Niigata Odori Matsuri (Niigata, Prefektur Niigata, pertengahan bulan September)
5.
Odawara Hōjō Godai Matsuri (kota Odawara, Prefektur Kanagawa)
6.
Yosakoi Matsuri (kota Kochi, Prefektur Kochi, 9-12 Agustus)
7.
Hakata dontaku (3-4 April, kota Fukuoka)
8.
Hamamatsu Matsuri (3-5 Mei, kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka)
9.
Wasshoi Hyakuman Natsu Matsuri (kota Kita Kyūshū, Prefektur Fukuoka, hari Sabtu
minggu pertama bulan Agustus).
*Upacara-upacara
penting
1.
Upacara Masa Kanak-Kanak
2.
Upacara Usia Dewasa
3.
Upacara Perkawinan
4.
Upacara Usia Lanjut
5.
Upacara kematian
*Kitab
Suci
Dalam
agama Shinto ada dua kitab suci yang tertua, tetapi di susun sepuluh abad
sepeninggal jimmi temmo (660 SM), kaisar jepang yang pertama. Dan dua buah lagi
di susun pada masa yang lebih belakangan, keempat empat kitab tiu adalah sebagi
berikut :
A. Kojiki - yang
bermakna : catatan peristiwa purbakala. Disusun pada tahun 712 masehi, sesudah
kekaisaran jepang berkedudukan di nara, yang ibukota nara itu di bangun pada
tahun 710 masehi menuruti model ibukota changan di tiongkok.
B. Nihonji - yang
bermakna : riwayat jepang. Di susun pada tahun 720 masehi oleh penulis yang
sama degan di Bantu oelh seorang pangeran di istana.
C. Yeghisiki - yang
bermakna : berbagai lembaga pada masa yengi, kitab ini disusun pada abad
kesepuluh masehi terdiri atas 50 bab. Sepuluh bab yang pertama berisikan ulasan
kisah kisah yang bersifat kultus, disusuli dengan peristiwa selanjutnya sampai
abad kesepuluh masehi, tetapi inti isinya adalah 25 norito yakni do’a do’a
pujaan yang sangat panjang pada berbagai upacara keagamaan.
D. Manyosiu - yang bermakan :
himpunan sepuluh ribu daun, berisikan bunga rampai, yang terdiri atas 4496 buah
sajak, disusun antara abad kelima dengan abad kedelapan masehi[5].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar