A.
Sejarah
Sikhisme (bahasa Punjabi: ਸਿੱਖੀ) adalah salah satu agama terbesar di dunia. Agama berkembang
terutamanya pada abad ke-16 dan 17 di India. Kata Sikhisme berasal dari kata Sikh, yang
berarti "murid" atau "pelajar". Kepercayaan-kepercayaan
utama dalam Sikhisme adalah:
Percaya dalam satu Tuhan yang pantheistik. Kalimat pembuka dalam naskah-naskah Sikh hanya sepanjang
dua kata, dan mencerminkan kepercayaan dasar seluruh umat yang taat pada
ajaran-ajaran dalam Sikhisme: Ek Onkar (Satu Tuhan).
Ajaran Sepuluh
Guru Sikh (serta
para cendekiawan Muslim dan Hindu yang diterima) dapat ditemukan dalam Guru Granth Sahib.
Sikhisme dipengaruhi pergerakan
perubahan dalam agama Hindu (misalnya Bhakti, monisme, metafisika Weda, guru ideal, dan bhajan) serta Islam
Sufi. Agama ini berangkat dari adat-adat
sosial dan struktur dalam agama Hindu dan Islam (contohnya sistem
kasta dan purdah).
Filsafat dalam Sikhisme bercirikan logika, keseluruhan (bersifat
komprehensif), dan pendekatan yang sederhana terhadap masalah-masalah spiritual
maupun material. Teologinya penuh kesederhanaan. Dalam etika Sikh, tidak ada
konflik antara tugas pribadi terhadap diri sendiri dengan masyarakat.
Sikhisme berasal dari daerah Punjab di India, namun kini pengikutnya juga dapat
ditemukan di berbagai penjuru dunia yang mempunyai komunitas India. Di Asia Tenggara, umat Sikh banyak ditemukan di Malaysia dan Singapura. Umat Sikh dapat dikenali melalui
namanya yang kebanyakan diakhiri Singh untuk pria dan Kaur untuk
wanita[1].
Sepuluh
guru beserta peranan masing-masing dalam perjalanan sejarah agama Sikh[2]
1. Guru
pertama, Guru Nanak, dianggap sebagai pendiri agama Sikh. Riwayat hidupnya
sudah diuraikan.
2. Guru
Angarh (1539-1552).
Ia menjadi guru karena ditunjuk langsung
oleh Guru Nanak sebagai penggantinya. Dengan kebijaksaannya, ia berhasil
mencegah terjadinya perpecahan antara para pengikutnya dengan mereka yang
mengikuti putra Guru Nanak, Sri Chand, yang menuntut bahwa dialah yang berhak
untuk menggantikan bapaknya.
3. Guru
Amar Das (1552-1574).
Peranan utamanya adalah mengorganisir
orang-orang Sikh menjadi 22 sangat atau jamaah dan mendirikan lembaga yang
dikenal dengan Guru-ka-Lengar atau Dapur Umum, tempat dimana semua orang dari
seluruh kasta dengan bebas mengambil makanan bersama-sama. Amar Das dianggap
sebagai guru yang berusaha keras mengadakan perubahan sosial atau pembaharu
sosial yang besar. Amar Das juga melarang orang Hindu melakukan pemujaan
terhadap Sakti, membakar janda yang ditinggal mati suaminya.
4. Guru
Ram Das (1574-1581).
Guru ini memulai penggalian danau besar
yang disebut Amritsar, juga merencanakan konstruksi kuil emas di tengah-tengah
danau tersebut. Lokasi danau itu disediakan oleh Sultan Akbar dan peletakan batu
pertama pembangunan kuil tersebut dilakukan oleh seorang sufi besar, Hazrat
Mian Meer dari Lahore. Ram Das mulai melakukan tradisi mengumpulkan sumbangan
tetap, semacam zakat, dari para pengikutnya. Sumbangan ini dimaksudkan untuk
mengatur masyarakat Sikh yang semakin nyata wujudnya. Dia juga mulai mengangkat
pejabat-pejabat yang disebut Masand untuk memimpin upacara agama dan
mengumpulkan sumbangan tersebut. Ram Das adalah guru pertama yang menunjuk
putra sebagai penggantinya.
5. Guru
Arjun (1581-1606).
Guru ini memainkan peranan yang sangat
penting dan menentukan dalam sejarah agama Sikh dan para pengikutnya. Hal ini
disebabkan: pertama, ia menyelesaikan pembangunan kuil emas Amritsar; kedua, ia
menyempurnakan penyusunan kitab suci agama Sikh, Adi Granth; ketiga, ia
mengorganisir orang-orang Sikh menjadi satu masyarakat yang berdiri sendiri
terpisah dari lainnya, dengan kitab suci sendiri yang ditulis berdasarkan
naskah-naskah mereka sendiri, dengan danau suci dan rumah ibadah sendiri pula.
Guru Arjun dianggap sebagai Sachcha Padshah (kaisar yang benar) oleh para
pengikutnya. Arjun telah mengadakan inovasi terhadap agama Sikh, seperti
menciptakan pakaian pimpinan kebaktian, memperluas ajaran-ajaran agama Sikh
berdasarkan ijtihadnya sendiri, dan menata masyarakat Sikh ke arah suatu
masyarakat yang bakal menjadi satu kerajaan yang dicita-citakannya. Arjun
adalah guru pertama yang mengambil peranan aktif dalam kehidupan politik
sehingga terlibat dalam konflik dengan kaisar Jehangir (1605-1927).
6. Guru
Har Gobind (1606-1645).
Karena golongan Sikh sudah terlibat
dalam pertentangan-pertentangan Karena golongan Sikh sudah terlibat dalam
pertentangan-pertentangan politik secara terbuka dan langsung sejak masa Guru
Arjun, maka Har Gobind mulai berpikir tentang keamanan dan keselamatan dirinya.
Untuk itu, ia mengangkat pengawal-pengawal pribadi dan memerintahkan para
pengikutnya untuk memasuki dinas ketentaraan. Di kuil-kuil Sikh
nyanyian-nyanyian suci yang penuh kedamaian digantinya dengan mendengarkan
lagu-lagu perjuangan. Selain itu, kursus-kursus keagamaan diganti pula dengan
pelajaran tentang rencana-rencana penaklukan atau strategi militer. Dibawah
kepemimpinannya, kaum Sikh berusaha menggempur pasukan-pasukan kerajaan kaisar
Shah Jehan.
7. Guru
Har Rai (1645-1661).
Ia adalah cucu Har Gobind. Ia berusaha
keras meningkatkan semangat kemiliteran kaum Sikh. Untuk itu, ia menjalin
kerjasama dengan Dara Shikoh, seorang moderat, putra Shah Jehan. Har Rai pernah
membantu Shikoh dalam peperangannya melawan Aurangzeb sampai mencapai
kemenangan.
8. Guru
Hari Krishen (1661-1664).
Guru Har Rai tidak menunjuk putranya
yang tertua, Ram Rai, menjadi penggantinya, melainkan Hari Krishen, putranya
yang kedua. Hal ini disebabkan karena putra tertuanya itu menjalin hubungan
dengan musuhnya, Aurangzeb, seperti yang telah disebutkan diatas. Hari Krishen
sendiri waktu itu masih kecil. Oleh karena itu, pengangkatannya adalah sebagai
simbol belaka, karena ia meninggal saat usia Sembilan tahun. Ram Rai tidak mau
patuh dan tidak menerima adiknya sebagai guru. Ia memisahkan diri dan
mendirikan sekte sendiri bersama para pengikutnya. Mulai saat itu gejala
perpecahan di kalangan kaum Sikh semakin terlihat.
9. Guru
Tegh Bahadur (1664-1675).
Pada saat Hari Krishen meninggal dunia,
beberapa orang utama di lingkungan kaum Sikh tampil menuntut agar diangkat
menjadi guru penggantinya. Pilihan akhirnya jatuh pada Tegh Bahadur. Ram Rai,
saingan terdekatnya, semakin kecewa karena merasa bahwa yang paling berhak
menjadi guru menggantikan adiknya adalah dirinya sendiri. Kekecewaannya itu
membuatnya semakin memisahkan diri dari kaum Sikh pada umumnya, dan menjadikan
dirinya sebagai musuh utama Tegh Bahadur. Namun, Tegh Bahadur ternyata orang
yang kuat dan berhasil menjadikan dirinya sebagai seorang panglima perang yang
pertama bagi kaum Sikh yang telah berhasil memperluas pengaruh agama Sikh
sampai ke wilayah-wilayah India bagian selatan, bahkan sampai ke Ceylon.
10. Guru
Govind Singh (1675-1708).
Selain Guru Har Gobind yang sempat
menjadi guru selama kurang lebih 39 tahun, maka Guru Govind Singh adalah guru
kedua yang paling lama menjabat sebagai guru, yaitu 33 tahun. Ia adalah putra
Tegh Bahadur. Selama dua puluh tahun ia berhasil menahan diri dari dendam
terhadap orang yang membunuh ayahnya. Waktu selama itu ia pergunakan untuk
mengkonsolidasi diri dan kekuatan. Ia menyusun rencana untuk menjadikan dirinya
sebagai jagoan Hindu melawan penguasa Mughal. Untuk itu, ia berusaha
memperbesar masuknya pengaruh Hindu ke dalam agama Sikh. Ia mulai menulis
beberapa cerita tentang dewa-dewi Hindu. Syair-syair agama Hindu, yang
dikutipnya dari Ramayana dan Mahabharata, dikembangkannya di kuil-kuil Sikh
bersama-sama dengan Adi Granth.
Guru Govind Singh menetapkan adanya
upacara yang disebut Khanda-di-Pahul (pembaptisan dengan mata pedang) untuk
membaptiskan lima orang murid pilihannya yang utama dengan perangkat
pembaptisan yang terdiri dari sebuah mangkuk berisi air dan gula. Air diaduk
dengan sebuah pisau besar atau sebuah pedang kecil yang bermata dua (disebut
Amrita). Lima orang murid pilihannya disebut Piyaras, meminum Amrita tersebut.
Setelah itu mereka disuruh memakan apa yang disebut Karah Parshad, sejenis
bubur. Setelah mengikuti upacara pembaptisan, para murid diresmikan memakai
nama singh di akhir nama masing-masing. Maksud pemakaian nama tersebut adalah
agar setiap pemimpin Sikh memiliki keberanian seperti keberanian singa-singa di
dalam hutan. Selain menerima pembaptisan dan menyandang nama Singh, mereka juga
harus memakai lima istilah simbol, yang setiap istilah tersebut dimulai dengan
huruf “K”:
* Kes (rambut dan jenggot yang tidak
dipotong),
* Kangha (sisir);
* Kirpan (pedang);
* Kach (celana panjang sampai lutut);
* Kara (sebuah gelang yang terbuat dari
baja).
Lima hal tersebut menjadi pertanda utama
untuk menentukan golongan Sikh pengikut guru kesepuluh. Selain itu, Guru Govind
Singh juga berpesan kepada murid-muridnya yang telah dibaptis itu agar mereka
terus mewarisi semangat dimana saja dan kapan saja mereka berada.
B.
Ajaran dan Praktek
Ajaran-Ajaran Guru Nanak
1. Tentang
Tuhan Yang Maha Esa
Dalam ajarannya mengenai Tuhan Yang Maha
Esa, Guru nanak selalu menegaskan bahwa Tuhan adalah Tunggal, Yang Maha Esa. Ia
tiada termanifestasikan dan juga termanifestasikan dalam segala hal, tiada
terbatas. Maka itu Guru Nanak mengajarkan bahwa, kalau orang ingin kebahagiaan
dan menemui Tuhannya, carilah Ia dalam jiwa. Menurut Guru Nanak, Tuhan adalah
Pencipta tetapi juga Pemusnah. Ia adalah Pemberi tetapi juga Ia adalah Peminta
kembali. Tiadalah terbatas kebajikan, rahmat, inspirasi, jangkauan,
penglihatan, dan cipta tuhan. Dan tiadalah ada bandingannya kemurahan,
penerimaan, pengampunan, dan perintahnya.
2. Tentang Sabda Adalah Kata Tuhan
Menurut Guru Nanak, Sabda adalah Kata
Tuhan. Karena itu Guru Nanak menganjurkan agar tiap orang dapat menyatukan
dirinya dengan Sabda untuk mengerti misteri hidup di dunia kini dan di dunia
kelak. Dan apabila orang telah menyatukan dirinya dengan Sabda tersebut maka ia
harus melaksanakan Sabda itu dan dengan melaksanakan Sabda itu orang dapat menentun
orang lain, kesadarannya terangkat menuju kemanusiaan universil, terbebas dari
duka dan derita dan lepas dari roda inkarnasi, menuju kelepasan dan kedamaian
abadi. Sabda dalam arti kata yang sebenarnya adalah Kata Tuhan. Dan Sabda
mengungkapkan dirinya dalam seluruh cipta Tuhan, bergetar tiada terbatas, ke
setiap penjuru,juga ke setiap hati sanubari manusia. Sumber bahagia dan damai
dapat dijumpai dimana-mana melalui Sabda dan dengan Sabda, Tuhan menampakkan
diriNya.
3. Tentang Guru sebagai Penuntun Hidup Abadi
Dengan tuntunan seorang Guru yang
arif-bijaksana, yang suci dan yang agung, pengabdian kepada Tuhan dapat
diarahkan dengan tepat dan mencapai tujuan, sebab Guru itu akan memperlihatkan
tempat yang sebenarnya, akan membuka misteri alam semesta ini dan membawa
kebahagiaan dan ketentraman ke dalam hati setiap penganut. Guru sejati akan
membawa orang ke seberang ke pantai samudera kedamaian, akan membuat Sabda
bergetar dalam sanubari manusia, melagukan nyanyi suci, akan mengantar ilham
kerinduan akan Tuhan, akan membuka mata hati untuk melihat visi Tuhan. Guru
adalah index pikiran Tuhan, lautan ketenangan yang dalam dan luas dan penghapus
dosa.
4. Tentang Praktek-Praktek Spirituil
Bagi Guru Nanak, hidup spirituil adalah
melaksanakan praktek-praktek spirituil dengan tunduk kepada Sabda Tuhan melalui
petuah-petuah dan ajaran-ajaran Guru. Mendengarkan Sabda, menurut Guru Nanak,
adalah mempraktekan Sabda itu. Dan mempraktekkan Sabda itu berarti melaksanakan
tugas hidup di dunia ini bagi kebajikan dan kebenaran. Tuhan adalah Penuntun
yang memimpin kita lewat SabdaNya (Satnam), lewat kongregasi para pendita
(Satsangat) dan lewat Guru sejati (SatGuru).
Dan melaksanakan tuntunan Tuhan ini
adalah melaksanakan praktek spirituil. Praktek spirituil berarti menumbuhkan
persaudaraan universil, mendalami pengetahuan dan buku suci, mengampuni orang
yang bertobat, melaksanakan Kirtan, mempraktekkan perbuatan-perbuatan suci,
sabar,sederhana, rela memberi, penuh kash sayang, berkata benar, melawan nafsu
jahat, bekerja keras, berbuat kebajikan selalu, membela kebenaran. Bagi Guru
Nanak, penyiksaan diri sebagai praktek spirituil atau bertapa yng membabi-buta
atau menggunakan jubah agama berlebihan atau berbuat amal dan ibadah secara
formil belaka, adalah hipokrit yang tida sesuai dengan Sabda Tuhan.
Keyakinan tentang Ilahiat
Keyakinan tentang Ilahiat di dalam agama
Sikh itu dapat dijabarkan dengan istilah Mystic Monotheism. Guru Nanak menerima
pokok keyakinan di dalam agama Islam tentang keesaan Allah Maha Kuasa, tidak
beranak, tidak diperanakkan, tanpa ada suatu pun mirip denganNya, menciptakan
alam semesta, dan punya wewenang penuh atas makhlukNya. Dengan begitu, Guru
Nanak menolak Polytheism yang dianut agama Hindu. Tetapi, Guru Nanak menerima
pokok keyakinan di dalam agama Hindu bahwa zat Allah Maha Kuasa itu meresapi
seluruh alam, yaitu Pantheism.
Keyakinan tentang Alam dan Manusia
Alam semesta itu ciptaan Tuhan dan fana.
Tiada satupun yang kekal kecuali Tuhan. (131, 231, 642). Segala apapun di dalam
alam semesta itu hanya maya. (188, 189).
Nanak adalah hamba-Nya. Dia itu Tuhan
Maha Kuasa. (644). Selama manusia terpikir bahwa sesuatunya itu dilakukan
sendiri, maka ia akan tidak bahagia. (400). Dengan kodrat Tuhan, seluruhnya
terjadi. Dengan kodrat Tuhan, seluruhnya menjalani fungsinya. Dengan kodrat
Tuhan, seluruhnya dikuasai oleh maut. Dengan kodrat Tuhan, seluruhnya terserap
ke dalam Yang Maha Benar. Hai Nanak! Apapun yang dikehendaki Tuhan, semuanya
terjadi. Tiada satupun berada di bawah wewenang makhluk-Nya. (135, 78). Granth
Saheb, yang merupakan kitab suci di dalam agama Sikh itu, tidak ada berbicara
tentang kiamat dan kebangkitan dan peradilan Ilahi, yakni permasalahan
eskatologi. Hal itu disebabkan Guru Nanak menerima pokok keyakinan di dalam
agama Hindu tentang Karma, Samsara, dan Nirvana.
Keyakinan dalam agama Sikh
Pokok kebaktian di dalam agama Sikh bagi
mencapai keselamatan adalah: Tafakkur dan Zikir. Menurut konsepsi Upanishads di
dalam agama Hindu ialah: dhyana-yoga dan Samadhi.
Hari-hari Besar
1. Baisakhi atau Tahun Baru
Baisakhi juga dieja Vaisakhi, yaitu
festival yang diadakan untuk merayakan Tahun Baru Sikh dan pendiri komunitas
Sikh, yang dikenal dengan Khalsa, pada tahun 1699. Festival ini dirayakan pada
tanggal 13 atau 14 April. Yaitu festival panen di Punjab, yang menjadi festival
Sikh yang paling penting.
2. Diwali
atau Festival Cahaya
Festival ini adalah festival cahaya yang
dirayakan pada akhir Oktober atau awal November. Festival ini dirayakan oleh
orang Sikh, Hindu, dan Jain. Untuk Sikh, Diwali ini sangat penting dirayakan
karena untuk merayakan pembebasan Guru Har Gobind dari penjara dan 52 pangeran
lainnya, pada tahun 1619. Sikh merayakan kembalinya Guru Har Gobind dengan
menyalakan Kuil Emas dan tradisi ini berlanjut hingga saat ini.
3. Hola
Mohalla
Hola Mohalla berasal dari kata “Mohalla” dalam
bahasa Punjab, yang berarti prosesi terorganisir dalam bentuk tentara yang
diiringi drum perang dan bergerak dari satu Negara ke Negara lain. Festival ini
dirayakan setiap tahun pada bulan Maret[3].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar