A.
Sejarah
Secara Etimologi Mesopotamia berasal dari
Bahasa Yunani yang Artinya “Between the Rivers” yaitu Dua Sungai. Sungai yang dimaksud
adalah Sungai Tigris dan Sungai Eufrat. Dilihat dari kondisi Geografi disebelah
Utara Mesopotamia dibatasi oleh bukit-bukit, gunung-gunung batu, dan area
pertanian. Sedangkan disebelah Selatan Mesopotamia dihiasi dengan rawa yang
luas dan tanah tandus.[1]
Berabad-abad lamanya Mesopotamia telah menjadi
pusat akulturasi terbesar yang pernah ada karena telah terjadi migrasi besar ke
arah Mesopotamia dari berbagai arah seperti Arabia dan Mesir. Maka tidaklah
heran jika Mesopotamia menjadi daerah yang memiliki banyak keragaman contohnya
dalam hal Hukum, hukum yang berlaku adalah “hierarchies of deities” yakni hukum
“Para Dewa” baik yang bersifat Indigenos maupun Imigran.[2]
Dari Timeline diatas dapat dilihat bahwa
Mesopotamia memiliki tiga Peradaban bangsa besar yaitu :
1. Bangsa Sumeria
Bangsa Sumeria merupakan bangsa pribumi
Mesopotamia mereka telah ada sejak 5000 SM, peradaban Sumeria berhasil kepada
titik puncak pada tahun 2000 SM sekaligus abad kehancurannya, pada fase
berikutnya Bangsa Sumeria bercampur baur dengan peradaban yang datang kemudian
ke Mesopotamia semisal Akkadia, Babylonia (amori) dan Asyyiria.
2. Bangsa Akkadia
Bangsa
Akkadia adalah bangsa semit yang berimigrasi dari Jazirah Arab ke wilayah Irak
Tengah (Akkad) pada millennium ke-3 SM, masa keemasan Dinasti Sumeria berakhir
dengan penyatuan wilayah kerajaan-kerajaan tersebut dalam satu kesatuan dibawah
kekuasaan Raja Kish yang dikenal dengan masa Lugalzagezi.[3]
Seperempat
abad setelah itu Munculah raja pertama dari Imperium Akkadia dia adalah King
Sargon (Shargoni-Shar-Ali), ia mendirikan sebuah kota yang bernama Akkadah
sekaligus menjadikannya Ibu Kota dari Mesopotamia. Secara teori peradaban
Akkadia banyak dipengaruhi oleh peradaban Sumeria
3. Bangsa Amori (Babilonia)
Penduduk
asli babilonia berasal dari bangsa Amori yaitu rumpun ras semit yang
berimigrasi dari Jazirah Arab pada millennium ke-3 SM kemudian mereka menetap
di wilayah yang dikenal dengan daerah Mari yang sebelumnya dikuasai oleh bangsa
Sumeria dan Akkadia. Lambat laun bangsa Amori mulai menggerogoti imperium Akkadia
dan berhasil mendirikan sebuah kota yang diberi nama Babylon, sekaligus ibu
kota dari bangsa Amori, Sosok Samuabi sering disebut-sebut sebagi pendiri
pertama Dinasti Amori pada tahun 1830 SM.[4]
Kehidupan
dan peradaban bangsa Amori yang menjadi Cikal bangsa Babylon sangatlah berbeda
dengan pola peradaban bangsa Mesopotamia lainnya, bangsa Amori mampu
menciptakan sebuah model civil-peradaban baru hingga mencapai puncaknya pada
masa Raja Amori yang terkenal yaitu Hammurabi (1728-1686).
Pada
masa pemerintahan Hamurabi Babylon sangat dikenal oleh bangsa lain karena
kekuatan ekspansi-militernya, Hamurabi berhasil menghalau orang-orang Elam
(Iran) dan menguasai wilayah pegunungan diarah Utara dan Timur laut
Mesopotamia. Tidak hanya itu Hamurabi terus berupaya memperkuat kekuasaannya
dengan cara beraliansi dengan bangsa-bangsa kuat lainnya, dibidang pemerintahan
ia pun membuat model Undang-undang yang mengatur tata kehidupan masyarakat dan
kerajaan yang dikenal dengan istilah “Codex Hammurabi”. Disisi lain kuil-kuil
tempat penyembahan pun dibangun oleh hamurabi, kesejahteraan para pendeta dan
ahli agama juga turut menjadi perhatiannya. Sepeninggal kekuasaan Hamurabi,
Babylonia semakin melemah hingga pada akhirnya Bangsa Hitties yang berasal dari
Asia kecil dan utara Syiria menyerang Babylon dan menaklukannya namun mereka
kembali lagi ke Negara asalnya, namun
malangnya Babylon mendapat serangan kedua dari bangsa Khaskhi yang berasal dari
pegunungan timur laut Mesopotamia sekitar tahun 1550 SM dan berhasil
dikuasainya.
Setalah
itu Babylon mengalami kekalahan terus menurus hingga muncul Nabopolasar dan
Babylon mengalami kemajuan lagi setalah
dia wafat digantikan oleh anaknya Nabukadnezar Babylon semakin berkembang. Tapi
setelah digantikan oleh anaknya Amel Marduk Babylon mengalami kemunduran karena
Amel Marduk tidak cukup kuat.
4. Bangsa Assyiria[5]
Bangsa
Assyira adalah bangsa semit yang hijrah dari semenanjung Arab pada millennium
ke-3 SM dan menetap disebuah tempat yang dikenal dengan (benteng Sharqat atau
Asyur) diwilayah timur Laut Mesopotamia. Pada Masa Akkadia, Assyiria merupakan
sektor politik dan kebudayaan Akkadia, barulah pada millennium ke-2 SM bangsa
Assyria tampil sebagai kekuatan politik terbukti ketika mereka barhasil
menundukkan bangsa Mitanni, Hitties, Alcahien.
Shalmaneser
I adalah orang pertama yang mendirikan Negara Assyria (1206-1280 SM) putranya,
Tukulti-Ninurta I, termasuk salah satu raja Assyiria yang paling terkemuka
terutama ketika memerangi Babylon. Imperium Assyiria mencapai puncaknya selama
pemerintahan Sargon II karena kekuatan
militernya tidak tertandingi.
B.
Praktek dan Kepercayaan
a. Kerajaan Sumeria
Bangsa Sumeria adalah bangsa yang
merintis peradaban Mesopotamia. Bangsa ini berkuasa sekitar tahun 3500 SM.
Mereka berasal dari daerah di sekitar Teluk Persia. Bangsa ini menganut
kepercayaan politeisme atau mempercayai adanya banyak dewa. Dewa-dewa tersebut,
diantaranya, Uruk (Dewa Langit), Nippur (Dewa Bumi), dan Eridu (Dewa Air).
b. Bangsa
akkad
Bangsa Akkad memuja banyak dewa, dan juga memiliki
cerita-cerita dongeng tentang kepahlawanan, seperti cerita tentang Adopa,
Etana, dan Gilgamesh. Bangsa akkad juga menganut kepercayaan yang sebelumnya
dianut oleh bangsa Sumeria. Meski demikian terdapat pula nama-nama dewa baru
yang masyhur dikalangan masyarakat Akkadia seperti Najrusu dan Ishtar (Dewi
venus). Orang-orang Akkadia juga menyembah api. Mereka menganggapnya sebagai
sumber utama kehidupan dan kebaikan, keadaan (penyembahan api) ini terus
berlangsung, bahkan hingga masa peraadaban Amori.
c. Amori/Babylon
Hampir setiap negara dan kota mempunyai dewa-dewa
sendiri. Sungguhpun demikian ada tiga dewa yang penting yaitu Anu (Uruk) Dewa langit, Ea (Eridu)
Dewa air, dan Enlil (Nippur) Dewa bumi. Dari ketiga dewa itu Enlil yang
paling berkuasa. Akan tetapi sejak bangsa Amori berkuasa, maka dewa bangsa
Amori yaitu Marduk menjadi dewa yang paling berkuasa. Marduk
adalah nama lain dari Shamash (Dewa matahari). Kedudukan Marduk pun semakin penting. Orang Amoria percaya
bahwa Marduk adalah dewa yang bijaksana. ia akan melindungi orang baik
dan mnghukum orang jahat. Marduk tidak saja menjadi dewa Babilonia, tetapi
menjadi dewa yang paling berkuasa untuk seluruh mesopotamia. Marduk menjadi
dewa utama bangsa-bangsa kassit, Asiria, khaldea, bahkan kemudian juga diakui
oleh bangsa persia dan Masedonia (semasa iskandar agung).[6]
d. Assyiria
Rasa keagamaan bangsa Assyria tidak mengakar kuat
dalam diri mereka. Karenanya bangsa Assyria mengadopsi ibadah, ritual dan
dewa-dewa bangsa tetangga, seperti Sumeria, Akkadia, Babilonia dan Arami. Namun
diantara semua bangsa tersebut, mereka unggul dibidang pembangunan dibidang
kuil dan menara-menara menjulang tinggi. Selain itu mereka tetap menyembah dewa
mereka yaitu Ashur yang dilambangkan dengan bulatan matahari bersayap.
Lambang tersebut awalnya merupakan simbol asli bangsa mesir tetapi kemudian
diadopsi oleh bangsa Hittites lalu diambil bangsa Assyria.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar