A.
Sejarah dan Perkembangan
Mesir
kuno adalah peradaban yang tumbuh subur dari hulu sungai Nil sampai wilayah
deltanya di laut Laut Tengah. Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia, sungai
Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi pegunungan Kilimanjari di Afrika
Timur. Peradaban Mesir kuno bertahan lebih dari 3000 tahun sehingga peradaban
Mesir kuno disebut sebagai peradaban kuno terlama di dunia, sekitar 3300 SM
sampai 30 SM[1].
Masyarakat
Mesir kuno terbagi atas golongan-golongan, yaitu; Firaun dan keluaraganya,
bangsawan, pedagang dan usahawan, petani, pekerja dan budak. Kekuasaan
tertinggi di miliki oleh firaun atau raja-raja Mesir. Mesir juga memiliki
peradaban yang cuku panjang time line membaginya menjadi dua bagian, yaitu
Mesir Bawah (Lower Egypt) dan Mesir Atas (Upper Egypt). Berikut ini
periode-periodenya:
a. Periode
Dinasti Awal
Periode dinasti awal adalah puncak
evolusi berlangsung budaya, agama dan politik. Sebenarnya sulit untuk
menentukan awalnya tapi dalam tradisi Mesir kuno, raja pertama mereka adalah
Menes. Dia jugalah yang menyatukan antara Mesir Bawah dan Mesir Atas[2].
b. Periode
Kerajaan Tua
Kerajaan ini lahir setelah Mesir
disatukan oleh Menes. Kerajaan tuan ini juga disebut zaman piramida karena pada
masa ini dibangun piramida-piramida yang terkenal seperti piramida Saqqarah
dari firaun Joser, dan lain-lain.
c. Periode
Peralihan Pertama
Masa peralihan ini yakni pada kira-kira
tahun 2134-2040 SM kekuasaan para firaun mengalami penurunan. Runtuhnya
kerajaan Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM pemerintahaannya
mengalami kekacauan. Banyak serang dari Asia kecil. Sehingga akhirnya terjadi
perpecahan lagi antara Mesir Bawah dan Mesir Atas.
d. Periode
Kerajaan Tengah
Pada masa ini Sesotoris III berhasil
mnyatukan kembali Mesir yang terpecah belah. Selain itu dia juga membangun
Mesir kembali seperti membuka tanah pertanian, membangun proyek irigasi,
pembuatan waduk, dan lain-lain
e. Periode
Peralihan Kedua
Masa ini terjad pada kira-kira tahun
1640-1532 SM, pada masa ini kekuasaan dialihkan kebeberapa raja lokal. Dan
Mesir dijajah oleh orang Hyksos dari Timur Tengah. Pada akhir periode ini,
Hyksos dikalahkan dan diusir oleh firaun Thebes. Sekali lagi Mesir menyatuh.
f. Periode
Kerajaan Baru
1532 SM kerajaan baru dimulai ketika
raja pertama dinasti ke-18, Ahmosis I, menyelesaikan pengusiran Hyksos dari
Mesir, yang telah dimulai oleh saudaranya Kamose. Pada masa ini juga orang
Mesir mulain menggunakan istialh firaun. Firaun menempati kekuasaannya secara
mutlak. Ia juga dianggap sebagai Dewa, segala segi kehidupan di Mesir diatur
oleh firaun[3].
g. Periode
Peralihan Ketiga
Selama hampir tiga abad Mesir lumpuh
tidak berdaya menghadapi serbuan-serbuan dari Asia, pada tahun 800 SM, mesir
terpaksa harus membayar upeti kepada raja-raja Assyiria. Selanjutnya, pada abad
ke-6 SM, Mesir ditaklukan oleh Persia[4].
h. Periode
Akhir
Kekuatan Mesir tidak disegani lagi oleh
bangsa-bangsa lain. Bahkan Mesir berhasil dijajah dan dikuasai oleh beberapa
bangsa; Nubiah, Assyria, Persia, dan Yunani (Macedonia). Tahun 332 SM, raja
Macedonia. Alexander Agung menaklukan Mesir dan memasukkannya dalam kerjaan
Hellenistiknya. Ketika Alexander meninggal tahun 332 SM, temannya Jendral
Ptolemeus menjadi gubernur Mesir. Pada tahun 305 SM, ia menjadi raja Mesir,
dengan begitu didirikan dinasti firaun Ptolemeus. Para penguasa Hellenistik
memegang kekuasaan di Mesir selama hampir 300 tahun. Pada masa terakhir
pemerintahan dinasti Ptolemeus, Mesir diperintah oleh seorang firaun perempuan,
Cleopatra VII[5].
Selain itu pada masa Mesir kuno sudah
memiliki berbagai maca peradaban seperti :
a. Tulisan
Masyarakat Mesir mengenal tulisa yang
disebut Hieroglyph berbentuk gamabar. Tulisan ini ditemukan di dinding
piramida, tugu obelisk maupun daun papyrus. Huruf Hieroglyph terdiri dari
gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan benda-benda.
b. System
kalender
Masyarakat Mesir membuat kalender bulan
berdasarkan siklus peredaran bulan selam 29,5 hari. Karena dianggap kurang
tetap kemudian menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing yang
muncul setiap tahun.
c. Atsitektur
Merupakan peninggalan Mesir yang
terkenal adalah piramida dan kuil yang erat kaitannya dengan kehidupan
keagamaan. Piramida yang terkenal arsitekturnya adalah Imhotep.
B.
Ajaran dan Praktek keagamaan
1. Dewa
dalam bangsa Mesir Kuno
Ketika Mesir terdiri dri 42 wilayah
sebelum disatukan. Setiap wilayah itu memiliki dewa khusus yang disembah.
Mereka mendirikan beberapa kuli dan membuat patung para dewa. Pada hari-hari
besar, mereka berkerumun mengitari patung-patung itu. Ada daerah yang menyembah
elang sebagai symbol kekkuasaan, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah
dewa-dewa yang terkenal di Mesir antra lain sebagai berikut:
a. Dewa
Ra (dewa matahari)
b. Dewa
Nut (dewa langit)
c. Dewa
Geb (dewa bumi)
d. Dewa
Su (dewa hawa)
e. Dewa
Tefnit (dewa udara panas)
f. Dewa
Oziris (dewa sungai nil)
g. Dewa
Isis (dewa kesuburan)
h. Dewa
Sit (dewa padang pasir)
i.
Dewa Nefus (dewa kekeringan)
Adapun
ibadat yang paling tetap, paling menyeluruh, paling kuat dan lebih tahan lama
ialah pemujaan terhadap orang-orang mati dan nenek moyang tanpa diragukan lagi.
2. Kepercayaan
terhadap kebangkitan dan keabadian
Orang Mesir kuno percaya akan adanya
kebangkita kembali setelah kematian. Ketika kematian menjemput arwah seseorang
akan naik ke langit berbentuk seperti burung. Jika jasadnya utuh maka arwahnya
akan kembali kepadanya. Oleh karena itu orang Mesir memuimikan jenazah
seseorang. Demi menjaga keutuhannya. Ini
juga yang mendorong pembuatan piramida.
3. Penghitungan
setelah mati
Pengadilan setelah kematian ada dalam
naskah Papyrus yang berasal dari Thebes. Disitu
disebutkan dewa Anobis menimbang jantung orang yang meninggal dengan
timbangan keadilan. Sementara Osiris sebagai dewa keamtian berada disebelah
kanan Anobis mengikuti persidangan. Jadi arwah yang sudah mati akan mendapat
persidangan selama masa dia hidup.
4. Monotheisme
Kepercayaan keagamaan hasil ajaran
firaun Achnaton sesensi ajaranya merupakan kekuatan reaksi terhadap kepercayaan
lamanya yaitu pemujaan terhadap banyak dewa. Firaun Achnaton memaksakan kepada
rakyatnya untuk mengikuti ajaran monotheisme yaitu hanya percaya pada satu dewa
saja yaitu dewa Aton/ dewa matahari. Monotehisme disini bukan monotehisme yang
kita tahu sekarang yakni percaya pada satu Tuhan melainkan pada satu dewa.
Setelah datangnya Musa barulah pengertian monotheisme di luruskan. Musa
mengajarkan monotehisme yakni hanya percaya pada satu Tuhan saja.
5. Hewan
yang dianggap suci
Selain percaya terhadap banyak dewa orang Mesir kuno
juga percaya pada binatang yang dianggap suci. Binatang yang dianggap suci
adalah kucing, anjing, buaya, dan lain sebagainya. Dan itu disebut totemisme,
yang merupakan jenis binatang suci dari para dewa. Pembatasan-pembatasan moral
yang dalam, dilarang membunuh, serta menyakiti orang lain adalah berasal dari
faham totemisme ini. Jadi jika bangsa Mesir memuja binatang baik secara
simbolik maupun langsung, maka hal itu disbabkan watak dan jalan pikirannya
perpengaruh oleh kesederhanaan dalam memahami gejala alam sekita[6].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar